Saat ini dakwah
tentang syariah dan Khilafah makin berkembang. Wacana tentang syariah
dan Khilafah pun bukan hanya milik generasi muda. Ide penegakkan
Khilafah menjadi bahan perbincangan di berbagai lapisan masyarakat, baik
tokoh, politisi, ekonom, pengamat, pekerja kantoran, mahasiswa,
pelajar, pedagang, dan terutama para ulama.
Saat ini, bahkan orang-orang kafir
Yahudi dan Nasrani percaya bahwa Khilafah akan tegak kembali. George W.
Bush pernah mengatakan bahwa kekuasaan Imperium Islam akan mengikis
dominasi dan hegemoni Barat. Orang Yahudi pun yakin dengan sabda
Rasulullah saw., “Tidak akan datang Hari Kiamat sebelum orang-orang
Islam memerangi orang-orang Yahudi hingga pepohonan dan bebatuan yang
ada di belakang mereka pun berkata, ‘Wahai hamba Allah, di belakangmu
ada orang Yahudi, maka bunuhlah,’ kecuali pohon gharqad karena pohon itu adalah pohon simpatisannya orang-orang Yahudi.” (HR Ahmad).
Kaum Muslim tak mungkin menghabisi Yahudi jika tidak punya kekuatan. Kekuatan hakiki itu ada pada Khilafah.
Kalau kita berkaca bagaimana para nabi
dulu dalam usahanya memahamkan dan meyakinkan umatnya membutuhkan waktu,
maka menegakkan Khilafah pun, sebagai sesuatu yang Haq, juga
membutuhkan waktu. Karena itu, kita harus tetap sabar dan istiqamah.
Kita harus meyakini janji Allah SWT (yang artinya): Allah telah
menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
shalih di antara kalian, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa; akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
Dia ridhai untuk mereka; dan akan menukar keadaan mereka sesudah berada
dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah Aku tanpa
mempersekutukan Aku dengan apapun. Siapa saja yang tetap kafir sesudah
janji itu, mereka itulah orang-orang fasik (TQS an-Nur [24]: 55).
Karena itu, seorang Muslim seharusnya
tidak pesimis terhadap akan kembalinya khilafah. Sesungguhnya menegakkan
Khilafah adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Karena itu, meninggalkan
kewajiban ini adalah berdosa. Buang jauh-jauh sikap pesimis, karena
janji Allah itu pasti! WalLahu a’lam. [Firmansyah; Abu Zaky; Sosialpreneur, tinggal di Bogor]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar